
MAKASSAR – Dalam proses penjaringan dan sosialisasi bakal calon Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) periode 2026–2030
Prof. Budu tampil sebagai figur calon yang paling siap memimpin universitas merah maroon menuju era baru yakni kampus yang berdampak, mengglobal, berwirausaha, dan menyejahterakan.
Dikenal sebagai sosok visioner yang berpengalaman di dunia akademik dan manajerial, Prof. Budu menawarkan konsep yang menyesuaikan visi “Kampus Berdampak”, sebuah gagasan yang menjadikan Unhas bukan hanya pusat keilmuan, tetapi juga agen perubahan sosial bagi masyarakat.
Ia menekankan bahwa perguruan tinggi harus menjadi bagian nyata dari solusi bangsa, bukan sekadar menara gading.
“Unhas ke depan harus hadir dan berperan langsung dalam kehidupan masyarakat, menghadirkan riset yang bermanfaat dan kebijakan yang berkeadilan,” tegas Prof.
Budu dalam forum sosialisasi calon rektor di hadapan sivitas akademika Unhas.
Salah satu fokus utama program Prof. Budu adalah memperkuat fungsi sosial universitas melalui program Desa Kolaboratif Berbasis Riset, yang mengintegrasikan penelitian, inovasi, dan pengabdian masyarakat.
Program ini menempatkan dosen dan mahasiswa sebagai agen perubahan yang membawa hasil riset langsung ke masyarakat desa — menghadirkan Unhas sebagai universitas yang turun tangan, bukan hanya turun wacana.
Di tingkat internasional, Prof. Budu menggagas konsep “Unhas Mengglobal” dengan prioritas pada peningkatan kualitas riset dan publikasi.
Ia berkomitmen memperkuat tata kelola penelitian yang integritas terkait Research Integrity dan Risk Index, dengan melembagakan Unhas Journal Watch sebuah inisiatif pemantauan mutu publikasi ilmiah agar Unhas mampu bersaing dengan universitas top dunia.
“Unhas harus dikenal bukan hanya karena banyaknya publikasi, tetapi juga karena integritas dan dampak dari penelitian yang dihasilkan,” ujarnya.
Sebagai wujud kemandirian ekonomi universitas, Prof. Budu juga mengusung program “Unhas Berwirausaha”.
Ia menilai bahwa perguruan tinggi modern harus mampu menciptakan value creation dari inovasi. Melalui pengembangan unit bisnis baru, hilirisasi produk riset, dan sinergi dengan dunia industri, Unhas diharapkan menjadi kampus yang tidak hanya produktif secara ilmiah, tetapi juga berdaya saing secara ekonomi.
“Sudah saatnya riset di Unhas tidak berhenti di jurnal, tetapi menjadi produk yang bermanfaat dan berdampak nyata,” terang Prof. Budu.
Dari seluruh visi besar yang ditawarkannya, Prof. Budu menegaskan bahwa kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan (tendik) merupakan salah satu prioritas tahun pertama.
Ia menargetkan peningkatan Insentif Kinerja Wajib (IKW) hingga 100 persen pada tahun pertama masa kepemimpinannya, sehingga nilainya mendekati Tunjangan Kinerja (Tukin) dosen sesuai aturan Nasional.
Sehingga peningkatan kesejahteraan sivitas akademika bukan sekadar insentif finansial, tetapi bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan dalam mengharumkan nama Unhas.
Prof. Budu memantapkan posisinya sebagai calon rektor yang memiliki arah, strategi, dan kesiapan nyata. Program-programnya tidak hanya visioner, tetapi juga terukur dan relevan dengan tantangan pendidikan tinggi masa kini.
Dengan rekam jejak akademik yang kuat dan kepemimpinan yang berorientasi hasil, Prof. Budu diyakini mampu membawa Universitas Hasanuddin menuju masa depan yang berdampak bagi masyarakat, berintegritas dalam riset, mandiri secara ekonomi, dan menyejahterakan dosen.
Laporan : Muhammad Yusuf Syam