Japiknews.com – Jakarta Indonesia menghadapi dua masalah gizi utama: gizi kurang dan gizi lebih. Gizi kurang mencakup masalah stunting (pendek), wasting (kurus), dan underweight (berat badan kurang). Menurut Riskesdas 2018, prevalensi stunting pada anak balita mencapai 30,8%, sementara wasting sebesar 10,2% dan underweight 17,7%. Di sisi lain, masalah gizi lebih atau obesitas juga meningkat, terutama di perkotaan. Data menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada orang dewasa mencapai 21,8%.
Berdasarkan data SKI 2023, status gizi balita di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Angka prevalensi stunting mencapai 21,5%, sementara kasus wasting (kurus) sebesar 7,4%. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyak balita belum mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang untuk mendukung pertumbuhan optimal.
Menurut Kementerian Kesehatan, pola makan bergizi seimbang tidak hanya membantu pertumbuhan optimal pada anak-anak, tetapi juga mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.
Intervensi spesifik seperti pemberian makanan tambahan untuk anak-anak sekolah dan kampanye kesehatan diharapkan dapat mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Status gizi ibu hamil juga menjadi perhatian. Sekitar 16,9%% ibu hamil di Indonesia mengalami risiko kekurangan energi kronis (KEK), yang dapat memengaruhi kesehatan janin dan meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Hal ini mempertegas pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi selama masa kehamilan.
Diharapkan, komitmen semua pihak dalam pemenuhan gizi sehat dapat mendukung pembangunan sumber daya manusia yang lebih baik.
Jaringan Peduli Kesehatan Indonesia Dan Gerakan Pangan Bergizi Provinsi Maluku Utara mengelar kegiatan Rembuk Petani 2025 Sebagai bentuk kepedulian dalam mengurangi stunting di indonesia serta mewujudkan swasembada pangan yang menjadi program prioritas bapak Presiden RI Prabowo Subianto.Kegiatan ini di sertai Pemeriksaan Kesehatan Para petani yang selama ini terpapar zat kimia dari Pupuk dan Peptisida serta pemberian susu buat Bayi dan Anak Stunting Ujar Irman Sahlan Ketua Gerakan Pangan Bergizi Provinsi Maluku Utara